![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVmhpB-5rSmQaKguTe9j_Gh6AICpL5RY2NUH-_cXOaGaiEWaQjNF05VqOL8iMFxPL0UQH0AotwB6yWP1Xiid2bxt-Pdysm7NcGdnW1jM3ENWnMQ0QbqG7Zxgzqj3WMeyWFh8FG6JiI-qU/s640/Screenshot_3.jpg)
Pembaca
yang budiman, terkadang kita menyangka ayah kita adalah sosok tegar dan tak
pernah menangis. Sosok yang tidak pernah bersedih bahkan tak mungkin bersedih.
Tapi apakah memang benar seperti itu?. Pembaca sholihah yang budiman, mari
simak sebuah tulisan renungan yang akan membuat kita segera ingin memeluk ayah
kita. Redaksi sholihah kutip dari 8intisari.blogspot.com
Mungkin ibu
lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku
tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku?
Semasa kecil,
ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah
pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang
aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena saking
letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.
Saat aku sakit
demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku
merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu.
Tapi apakah
aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa
menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku
remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak
boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu
dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?
Karena bagi
ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai
olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang
aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu
dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa
temannya untuk menanyakan keadaanku, ”dimana, dan sedang apa aku diluar sana.”
Setelah aku
dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah
aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari
nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat aku
merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan
dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus
mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat
untuk meminjam.
Saat aku
berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku.
Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau kadang
aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan
tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya
ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam
hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati
– hati mengizinkannya.
Dan akhirnya,
saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun
tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke
belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun
berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri
kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan ibu ke
anak untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah
tidak mengandungmu,
tapi darahnya
mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu …
Memang ayah
tak melahirkanmu,
Memang ayah
tak menyusuimu,
tapi dari
keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu …
Nak..
Ayah memang
tak menjagaimu setiap saat,
tapi tahukah
kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya …
Tangisan ayah
mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu
untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…
Pelukan ayahmu
mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup
melepaskanmu…
Dia ingin kau
mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..
Bunda hanya
ingin kau tahu nak..
bahwa…
Cinta ayah
kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..
Anakku…
Jadi didirinya
juga terdapat surga bagimu… Maka hormati dan sayangi ayahmu.
Sumber : www.sholihah.web.id