Money.id - Terkadang lumut dianggap sebagai tumbuhan
penggangu, biasanya hidup di tanah dan tembok. Jarang ada yang
memanfaatkannya malahan disingkirkan, namun di tangan Faldi Adisajana
(23) lumut bisa dijadikan sebagai ladang bisnis. Omzet yang dihasilkan
pun tidak sedikit. Puluhan juta diraupnya dari lumut.
Saat berbincang dengan Money.id, beberapa waktu lalu di ICE
Bumi Serpong Damai (BSD) pemuda itu menceritakan perjalanannya merintis
bisnis dari lumut. Dengarlah cerita Faldy ini: Ternyata awalnya dia
tidak sengaja masuk dunia bisnis, boleh dibilang sedikit 'kecelakaan'
dipadu keberuntungan.
Seperti anak muda umumnya, Faldi senang melancong ke beberapa tempat
wisata di Bandung, seperti Dago Pakar dan Hutan Raya Juanda. Di sana dia
menemukan banyak lumut. Pemuda asal Kota Kembang tersebut, awalnya
membuat boneka dari lumut hanya untuk hiasan di kamar sendiri.
"Setelah itu saya posting di media sosial. Teman-teman
banyak yang antusias," ucap Faldi. Hatinya berbunga karena karyanya
diapresiasi rekan-rekannya. Dari sanalah ide bisnisnya muncul.

Bola lumut (Dok.Planter Craft)
Awalnya, selain memasarkan di media sosial, Faldi juga menjajakan boneka lumut hasil karyanya di area Car Free Day (CFD) Bandung. Di sana banyak orang tertarik namun, tidak ada yang membeli. Akhirnya dia fokus pemasaran di dunia maya saja.
Dari sana Faldi, fokus mengomersilkan boneka lumut hasil karyanya.
Dia menggunakan merek dagang 'Planter Craft' untuk memperkenalkan
produknya tersebut. Secara serius dia membuat akun untuk berjualan di
Instagram.
"Baru saja saya posting empat foto, langsung ada salah satu
stasiun televisi yang tertarik dan mewawancarai saya, sejak itu
pemasaran saya cukup terbantu," ujarnya.
Berkat bantuan tayangan televisi tersebut penjualan boneka lumutnya
terus meningkat. Nama Planter Craft semakin melambung. "Untuk satu bola
lumut dipatok mulai dari Rp30 ribu hingga Rp50 ribu," terangnya.

Bola Lumut (Dok. Planter Craft)
Berkat tayangan televisi itu pula, konsumen dari berbagai kalangan menghubunginya, termasuk beberapa event organizer yang memintanya untuk mendekorasi panggung menggunakan media lumut.
"Untuk dekorasi ini saya dibayar sampai Rp10 juta sekali dekor," terangnya.
Proyek pertamanya adalah Bogor Yoga Fair yang digelar di Kebun Raya
Bogor. Pihak penyelenggara puas dengan hasil dekorasi Planter Craft,
begitu juga dengan beberapa pengunjung lain.
Karier bisnis Faldi di bidang lumut semakin moncer, nama Planter
Craft terus bersinar hingga akhirnya omzet perusahaan tersebut bisa
mencapai Rp30 juta hingga Rp50 juta per bulan.
Bisnis lumut Faldi ternyata membawa keberuntungan bagi para petani di
Lembang. Sebuah daerah pegunungan sejuk di bagian barat Kota Kembang
itu memang terkenal memiliki udara yang sejuk, sebagian masyarakatnya
bermatapencaharian sebagai petani.
Selain terkenal dengan sayur mayur, ternyata di Lembang juga banyak
lumut. Namun awalnya tidak pernah dimanfaatkan dengan baik, hanya
dianggap sebagai tumbuhan tidak berguna. Kini lumut yang tadinya
dipandang sebelah mata bisa berharga untuk sekadar dapur ngepul.
"Saya beli per karung dari para petani anggrek itu," ucap dia.
Saat ini ada sekitar tiga petani yang memasok lumut untuk Planter
Craft, harganya ratusan ribu per karung. Jumlah tersebut sangat besar
sekali jika digunakan untuk biaya hidup di Lembang. Kehidupan para
petani sangat terbantu.
Faldi mengatakan, bola lumut yang dijualnya menggunakan campuran
tanah, serabut kelapa (kokopeat), kerikil serta lumut, bahan bahan
tersebut dicampur yang kemudian dibentuk berbentuk bulat. Setelah itu
diatasnya, ditanam tanaman hias seperti tanaman salju, anggrek, kaktus,
begonia, serta tanaman hias lainnya.

Bola Lumut (Dok. Planter Craft)
Meski itu merupakan tanaman hidup, tetapi perawatannya sangat mudah.
"Caranya cukup seminggu sekali dicelupkan di air selama 3-5 menit atau
disempot saja. Maka bola lumut dan dekorasi lumut akan terus tampak
segar," jelas dia.
Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas
Padjdjaran (Unpad) itu mengaku, pembuatan boneka lumut mulai dirintis
sejak Juni 2015 lalu. Dia mengadopsi teknik menanam tradisional dari
Jepang menggunakan media tanam lumut yang disebut kokedama, lumut itu
dibentuk menjadi kerajinan tanaman indah dan lucu.
Proses merangkai tanaman menjadi hiasan tersebut ternyata dipelajari
Faldi secara otodidak, tidak ada guru khusus. Dia hanya belajar dari
situs berbagi video YouTube. Dari situ kemudian dia bersama sejumlah
rekannya di kampus mencoba mempraktikkan seperti halnya yang ada dalam
tayangan video yang ditontonnya.
Kini bola lumut yang diproduksi Faldi sudah mulai mejeng di beberapa mal di ibu kota. Ketika ada event tertentu, Faldi dan tim Planter Craft kerap dibutuhkan untuk mendekorasi beberapa ruangan di pusat perbelanjaan elite. (dwq)