Orangtua mana yang tidak sedih kehilangan buah hati tercintanya. Kisah sedih ini dialami oleh pasangan Aspin Ekwadi dan Sri Sulismi.
“Maafkan bapakmu, Nak. Bapak terpaksa lakukan ini.” Itulah sepenggal ucapan yang disampaikan ayah almarhum (alm) bayi Puti Putri, buah hati pasangan suami-istri (pasutri) Aspin Ekwadi dan Sri Sulismi, warga Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, saat memasukkan jenazah anaknya ke tas pakaian untuk dibawa ke kampung halaman.
Aspin terpaksa memasukkan jenazah anaknya ke tas pakaian untuk kemudian menumpang jasa angkutan umum lantaran tidak mampu membayar biaya jasa ambulans dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus Bengkulu, sebesar Rp3,2 juta. Dengan menggunakan angkutan umum, bersama kakak perempuannya, Septi Asturida, Aspin membawa jenazah putrinya itu.
Kepada Okezone, Aspin menceritakan, saat itu istrinya Sri Sulismi dioperasi caesar saat kandungannya berumur delapan bulan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kaur, Kabupaten Kaur, dengan menggunakan kartu BPJS.
Aspin menyampaikan, saat diperiksa dokter anak dalam kandungannya istrinya tersebut, divonis memiliki kelainan paru-paru dan jantung, sehingga harus dioperasi caesar oleh tim medis di RSUD Kaur, Kabupaten Kaur. Usai melahirkan, lanjut Aspin, tepatnya pada Kamis 6 April 2017 anaknya yang baru berusia satu hari itu dirujuk ke RSUD M Yunus Bengkulu untuk mendapatkan perawatan intensif.
Sementara istrinya, Sri Sulismi, masih dirawat di RSUD Kaur guna mendapatkan perawatan medis usai melahirkan secara caesar. Saat tiba di RSUD M Yunus, anaknya dirawat selama satu malam di ruang UGD. Tak lama berselang, alm Puti Putri dipindahkan ke ruang anak untuk penanganan bayi prematur.
''Waktu itu saya pergi ke Bengkulu, bersama kakak perempuan saya. Istri saya masih dirawat di rumah sakit Kaur,'' ulas Aspin, Sabtu (15/4/2017).
Satu hari usai mendapatkan perawatan di ruang prematur, sambung Aspin, nyawa anaknya tak dapat diselamatkan. Pada hari itu juga ia bersama kakak perempuannya hendak membawa jenazah anaknya ke kampung halaman untuk dikebumikan.
Saat itu, kata dia, dirinya bersama kakak perempuannya menanyakan biaya jasa mobil ambulans untuk membawa jenazah anaknya ke Desa Sinar Bulan. Sayangnya, saat ditanyakan kepada pihak RSUD M Yunus biaya jasa mobil ambulans mencapai Rp3,2 juta.
Mendapati besarnya biaya tersebut, Aspin sempat meminta keringanan biaya. Namun, pihak RSUD M Yunus tidak bisa memberikan keringanan biaya.
''Saya sempat meminta keringanan. Namun, hal tersebut sama sekali tidak ada respons,'' aku Aspin.
Lantaran biaya jasa mobil ambulans mencapai jutaan rupiah, cerita Aspin, ia menjadi panik lantaran anaknya tidak bisa dibawa pulang ke kampung halamannya yang berjarak tempuh tidak kurang dari enam jam dari Kota Bengkulu.
Karena panik bercampur sedih, ia mencari akal agar anaknya bisa dibawa pulang dan dimakamkan pada hari itu. Ia pun memutuskan menggunakan jasa angkutan umum atau jasa travel.
Namun, Aspin berpikir, pihak jasa angkutan tak ingin mengizinkan untuk membawa jenazah. Dengan terpaksa, ia memasukkan anaknya ke tas pakaian plastik untuk mengelabui sopir angkutan.
''Tas platik itu kami beli dahulu di luar rumah sakit. Waktu itu uang saya tinggal Rp50 ribu lagi. Makanya saya memutuskan menggunakan jasa angkutan umum mobil travel,'' sampai Aspin.
''Jika saya bilang kepada mobil membawa jenazah, saya berpikir itu tidak akan diizinkan oleh sopir. Makanya keputusan dengan rasa terpaksa anak saya itu saya masukkan ke dalam tas pakaian,'' cerita Aspin dengan nada sedih.
Saat di dalam mobil, Aspin memangku tas berisi alm Puti Putri. Ia berbohong dengan menyatakan tas yang dibawanya berisi kue pengantin kepada sopir travel agar tak menempatkan tas di dalam bagasi. Atas pengertian dari sopir travel, tas berisikan jenazah anaknya tersebut diperbolehkan dipangku.
''Saat jenazah anak saya dimasukkan ke dalam tas, saya meminta maaf kepada anak saya itu. Karena hal ini terpaksa dilakukan karena tidak ada cara lain, agar bisa tiba di kampung halamannya,'' imbuh Aspin.
Dalam perjalanan tersebut, Aspin mengisahkan, dirinya merasa bersalah atas tindakannya tersebut. Ia pun tidak dapat menahan rasa haru dan sedih atas perlakuannya kepada alm Puti Putri.
Perasaan haru tersebut sedikit berkurang setelah dirinya bersama kakak perempuannya tiba di Kabupaten Bengkulu Selatan atau sekira 3 jam perjalanan dari Kota Bengkulu. Saat tiba di Bengkulu Selatan tersebut, dirinya turun dari mobil travel dan menumpang mobil ambulans milik salah satu puskesmas keliling di Kabupaten Kaur.
Orangtua mana yang tidak sedih kehilangan buah hati tercintanya. Kisah sedih ini dialami oleh pasangan Aspin Ekwadi dan Sri Sulismi.
“Maafkan bapakmu, Nak. Bapak terpaksa lakukan ini.” Itulah sepenggal ucapan yang disampaikan ayah almarhum (alm) bayi Puti Putri, buah hati pasangan suami-istri (pasutri) Aspin Ekwadi dan Sri Sulismi, warga Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, saat memasukkan jenazah anaknya ke tas pakaian untuk dibawa ke kampung halaman.
Aspin terpaksa memasukkan jenazah anaknya ke tas pakaian untuk kemudian menumpang jasa angkutan umum lantaran tidak mampu membayar biaya jasa ambulans dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus Bengkulu, sebesar Rp3,2 juta. Dengan menggunakan angkutan umum, bersama kakak perempuannya, Septi Asturida, Aspin membawa jenazah putrinya itu.
Kepada Okezone, Aspin menceritakan, saat itu istrinya Sri Sulismi dioperasi caesar saat kandungannya berumur delapan bulan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kaur, Kabupaten Kaur, dengan menggunakan kartu BPJS.
Aspin menyampaikan, saat diperiksa dokter anak dalam kandungannya istrinya tersebut, divonis memiliki kelainan paru-paru dan jantung, sehingga harus dioperasi caesar oleh tim medis di RSUD Kaur, Kabupaten Kaur. Usai melahirkan, lanjut Aspin, tepatnya pada Kamis 6 April 2017 anaknya yang baru berusia satu hari itu dirujuk ke RSUD M Yunus Bengkulu untuk mendapatkan perawatan intensif.
Sementara istrinya, Sri Sulismi, masih dirawat di RSUD Kaur guna mendapatkan perawatan medis usai melahirkan secara caesar. Saat tiba di RSUD M Yunus, anaknya dirawat selama satu malam di ruang UGD. Tak lama berselang, alm Puti Putri dipindahkan ke ruang anak untuk penanganan bayi prematur.
''Waktu itu saya pergi ke Bengkulu, bersama kakak perempuan saya. Istri saya masih dirawat di rumah sakit Kaur,'' ulas Aspin, Sabtu (15/4/2017).
Satu hari usai mendapatkan perawatan di ruang prematur, sambung Aspin, nyawa anaknya tak dapat diselamatkan. Pada hari itu juga ia bersama kakak perempuannya hendak membawa jenazah anaknya ke kampung halaman untuk dikebumikan.
Saat itu, kata dia, dirinya bersama kakak perempuannya menanyakan biaya jasa mobil ambulans untuk membawa jenazah anaknya ke Desa Sinar Bulan. Sayangnya, saat ditanyakan kepada pihak RSUD M Yunus biaya jasa mobil ambulans mencapai Rp3,2 juta.
Mendapati besarnya biaya tersebut, Aspin sempat meminta keringanan biaya. Namun, pihak RSUD M Yunus tidak bisa memberikan keringanan biaya.
''Saya sempat meminta keringanan. Namun, hal tersebut sama sekali tidak ada respons,'' aku Aspin.
Lantaran biaya jasa mobil ambulans mencapai jutaan rupiah, cerita Aspin, ia menjadi panik lantaran anaknya tidak bisa dibawa pulang ke kampung halamannya yang berjarak tempuh tidak kurang dari enam jam dari Kota Bengkulu.
Karena panik bercampur sedih, ia mencari akal agar anaknya bisa dibawa pulang dan dimakamkan pada hari itu. Ia pun memutuskan menggunakan jasa angkutan umum atau jasa travel.
Namun, Aspin berpikir, pihak jasa angkutan tak ingin mengizinkan untuk membawa jenazah. Dengan terpaksa, ia memasukkan anaknya ke tas pakaian plastik untuk mengelabui sopir angkutan.
''Tas platik itu kami beli dahulu di luar rumah sakit. Waktu itu uang saya tinggal Rp50 ribu lagi. Makanya saya memutuskan menggunakan jasa angkutan umum mobil travel,'' sampai Aspin.
''Jika saya bilang kepada mobil membawa jenazah, saya berpikir itu tidak akan diizinkan oleh sopir. Makanya keputusan dengan rasa terpaksa anak saya itu saya masukkan ke dalam tas pakaian,'' cerita Aspin dengan nada sedih.
Saat di dalam mobil, Aspin memangku tas berisi alm Puti Putri. Ia berbohong dengan menyatakan tas yang dibawanya berisi kue pengantin kepada sopir travel agar tak menempatkan tas di dalam bagasi. Atas pengertian dari sopir travel, tas berisikan jenazah anaknya tersebut diperbolehkan dipangku.
''Saat jenazah anak saya dimasukkan ke dalam tas, saya meminta maaf kepada anak saya itu. Karena hal ini terpaksa dilakukan karena tidak ada cara lain, agar bisa tiba di kampung halamannya,'' imbuh Aspin.
Dalam perjalanan tersebut, Aspin mengisahkan, dirinya merasa bersalah atas tindakannya tersebut. Ia pun tidak dapat menahan rasa haru dan sedih atas perlakuannya kepada alm Puti Putri.
Perasaan haru tersebut sedikit berkurang setelah dirinya bersama kakak perempuannya tiba di Kabupaten Bengkulu Selatan atau sekira 3 jam perjalanan dari Kota Bengkulu. Saat tiba di Bengkulu Selatan tersebut, dirinya turun dari mobil travel dan menumpang mobil ambulans milik salah satu puskesmas keliling di Kabupaten Kaur.
Sumber : Posmetro